INSPIRASI WAJAH II
Kaulah inspirasiku
Tatkala airmata menjelma puisi
Se-amsal rindu
:menugu pada baju matahari
Ruang rindu
AKULAH BULAN DALAM BAYANGMU
Akulah bulan dalam bayangmu
Walau kegetiran tak seindah geladak ruang
Tataplah, pandanglah setajam mungkin
Bersama angin lambaikan sapu tangan
Biarkan puluru matamu menembus awan
Pada tubuh indah langitku
Agar pertempuran rindu antara gelisahku-gelisahmu
Terbunuh pandang seruncing pedang
-lalu punah di tangan seekor kumbang
Milik kita
Dan dari mulut malam itu telaga darah mengalir
Senyapkan gelap di antara pekat ruang meruap
Mengadu tanya tentang sunyi serta sepi mendekap
-raga yang kau gantung di langit luas
Terpasung bahasa diam
Hingga tak ada lagiyang tersisah
Dari pertempuran rindu melawan secawan gelisah
Yang purba
Sebab, cinta telah lama kutusukkan
Dalam serat bulan kebiruan matamu
Terdiam bersama jutaan rindu
Menjelma puisi
Sumenep
Kau tulis surat sepenggal kalimat
Saat bulan masih tersenyum membelai bibirmu
Yang warna coklat
Lalu buat siapa ? tanyaku dengan bibir penuh gemetar
Dan terasa kelam membaca huruf musim
Yang kedinginan pada garis-garis mungil tanganmu
Bukankah selembar matahari yang kukalungkan
Dileher waktu
Telah cukup menghiburmu
Namun, sederet luka yang tercipta
Dalam rahim senja
Takkan menembus belenggu rasa
Meski keadaan harus dipertaruhkan
Baik, akan kupersembahkan luka itu untukmu
Biar mampu berikan makna semua rasa
Buat segala tembang lagu cinta
Tentang kau dan aku
Guluk-Guluk
KENANGAN USANG
Ditubuh angin yang juntai
Kau maha khilaf diraba
Apalagi dibayangkan
Meski harap telah kujadikan jadi teman sejati
Namun, kenangan hanya sisakan mimpi mimpi
Langkah kakimu tercekat lalu-lalang sepi
Dilorong lorong jalanan
Meng-Qorib kesunyian
Malam merangkak kau tinggalkan jejak
Airmata bercucuran
Mengalir keanak sungai
Guluk-guluk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar