Pengikut

Kamis, 14 April 2011

KOLAM PUISI

LEWAT GERIMIS NAFAS

Kutitpkan salam rindu pada gelombang angin
Yang membisu
Agar reruntuhan musim menyampaikannya padamu
Dan lewat gerimis nafas yang terbakar matahari
Kupeluk erat jasad kemarau tubuhmu
Hingga gerak lonceng menjerit
Mengadu pada sang bintang
Lalu kau dan aku terdiam melepas rindu
Setelah beratus tahun tak bertemu

“Benar tak ada yang tahu mengira
Serta menafsiri selembar matahari
Yang jatuh di pundakku“
Sebab kegelisahan terlalu dalam kau simpan
Dalam kebekuan air
Menjelma segunduk mendung
Dilubang jantung

18-01-10
Guluk-guluk


SISAH RINDU

Pada gurun waktu
Kau lebih awal menyusul senja
Bermain biola digubuk angin
matahari telah sunyi bersama nyanyian dedaun
Tinggalkan jejak waktu
: sisah rindu menyatu pada separuh matamu
Menjelma matahari

12-01-10
Guluk, guluk

PURNAMA JATUH DI WAJAH JADUNG         

Dibalik malam yang tersepuh
Terdengar suara angin berkesiur
Menggetarkan keheningan subuh
Dan tiba-tiba purnama jatuh
Lalu masuk satu persatu
Kelobang gelembung-gelembung batu
Mencabik bongkahan nafasmu
Dengan kegilaan rindu

Oh…
“ ternyata aku masih tak mengerti tentang
Lambaian musim dipuncak menara langit 
Yang membirukan Ibu kota ”
Hingga diammu meruncing menusuk
Jantung Tamansari
Yang telah lebih dulu tergelepar
Di altar kat-kata

Kini kita menyusuri waktu yang gemetar
Sebab, mendengar tangis embun
Ditengah pematang mata
Mengutuk seribu dewa dalam bingkai sejuta tanya
Tapi tegarlah wahai cinta
Jangan kau samakan masa lalumu
Dengan gelas yang pecah
Sebab, pahit adalah musibah

INSPIRASI WAJAH I

Kaulah inspirasiku
; dikala cinta menjelma seonggok kata-kata

25-01-2010
Ruang sepi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar