NARASI SIANG TENTANG LUKA
-Buat Roro Andiny
“Kau lukaiku dengan tombak lisanmu
Semenjak denting waktu mengepul rindu”
Kala itu…aku benar-benar terluka oleh ulah cinta
Tak usa h kau palingkan muka ; katamu
Sebab di balik malam telah tersimpan berjuta cahaya
Begitu juga dengan cinta ; katamu lagi
Sambil menyumbat sepasang telingaku dengan
Sebajan air mata
Dan barangkali aku tak kuasa meracik kata
Tuk menjadi sebuah bumbu cinta
Kau-aku bagai Dewana mengelana rung dan lesak waktu
Tak pulang-pulang mengejar rindu…
-hingga lelah
Jadi nyala api menjalar bakar jiwa
dan rongga tubuh
Lubangsa
CATATAN DARI BILIK HIJAU
Segala sunyi telah sah jadi milikku
; pun ENGKAU…
- bila kurindu
Bilik hijau
AKULAH PEMBURU KATA YANG RAHASIA
Kulayarkan imaji, kesumsum langit
Bahkan hingga peru t bumi, namun tak kutemukan apa-apa
Kecuali sebilah lelah dan asap dupa
Mengepul dari sekerat mulut matahari
Siang yang menyambalewa lindap keruang juana
Mambekukkan sendi-sendi kecil tempat Khidir duduk bertapa
Lalu sepasang bintang datang menjemputmu
Dan membawamu pergi kenegri Planet
Sehingga aku kehilangan jejak dalam sajak
Kemudian kelelawar-kelelawar buta
Mencari malam keliang waktu
Melacak jejak dari jalan terjal yang paling purba
Serentak belok kan an mencuri jarak
Dan aku terus berlari mengejar pendar
Melacuri siang kata-kata
Hingga pada sepasang jingga matamu
Baru kutemukan lima huruf abjad yang rahasia
Kemudian kurangkai menjadi kalimat paling sempurna
Dan tentunya hasil lacak jejak pasak
Meski dalam sajak
Tolong jangan di sobek
Lubangsa
MALAM PERTAMA SEUSAI PERKAWINAN SIANG
Aku telah hijrah kelangit lain, kelangit kama rmu
Barangkali ruang terakhir bagi dunia kehidupan
Malam pertama seusai perkawinan siang
Nyala liln dan lampu kecil kau matikan dengan diam
Aroma parfum serta wewangi zaitun lainnya
Sisah dari siang yang dipakai menusuk ruang hidung
Menyalakn lampu-lampu nafsu
Dengan sengaja aku meraba batang tubuhmu
Penuh birahi
Benjolan sepasang tanah di ladang dadamu
Tak mampu kuratakan dengan cangkul palma ku
Namun engkau malah meronta menggeliat penuh
Selangit nikmat
Ketika separuh lobang lengket satu-satunya hadiah milikmu
Tersumbat tongkat yang warna cokelat
Juga satu-satunya hadiah milikku
Malam pertama seusai perkawinan siang
Aku ingin ejakulasi seratus kali lagi
Menikmati hidup dan tak ingin mati
Setelah sah engkau –
Jadi milikku
Ruang gela p
RUMAH CINTA
Sejauh tajuk aku berpeluk
Mengitari taman bunga didadamu
Lalu aku pulang kerumah cinta
Bersama rindu
Lubangsa.
SEPIKU YANG KESEKIAN
Seperti biasa berulang
Aku duduk telanjang mengenangmu
Dikursi alam
Hangat air mata tumpah
Membanjiri rumah laut
Entah siapa yang akan memakan sepi
Jam ruang yang tak berisi
Ingin kulipat malam
Lalu kubentangkan kalender sunyi
Diatas arloji diatas hari-hari kesepian
Mengenangmu
Lubangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar