FRAGMENTASI HUJAN DIATAS CIUMAN
Aku ingin meraba malam
Setajam hujan menggali lehermu
Memutar mimpi dan sepi yang kian menipis
Aku ingin merangkak
Selarat ombak berpijak
Membunuh sisah matahari
Hingga sepasang bintang pulang
Keperaduan malam
Membuka kenagan tanggal
Siang pun hilang tampa pekabar waktu
Pada kalender lusuh permata rindu
Aku kembali mengejar kenangan sampai kematian
Benar-benar kuyup pada tangkai embun
- antara aku
dan engkau pun semakin lengang
untuk kurindukan lagi
setelah hujan tangis
jatuh diatas ciuman
Guluk-guluk
NIAT SUCI MEMBAKAR KERINDUAN
-untukmu maha Dewi
Pertama aku
Memasuki kota halaman rumahmu
Adalah niat suci membakar kerinduan
Yang gagal jadi pelukan
Selanjutnya…
Menatap tajam silet lurus metamu
“serat bulan susut pada telapak musim
Sedang bintang kedinginan pagan selimut
Alam beringsut kemulut laut”
Sedangkan aku hanya terkulai dengan diam
Menghitung berat-lubang lampat
Dan pada akhirnya
; aku kehilangan alamat
Jadung mania
ISYARAT DIAM
Pagi mengepul seasap kopi, di kaki matahari
Katakata membusuk tanah bengkak
Membesuk tubuh lues cempaka
Diam tampa terpaan angina
Ya, bunga itu diam pagi sekali
Sepagi diamku melukis putik senyummu
Pada skertsa buram
Sisah semalam tak usai kuselam
Sebab laut rindu terlalu dalam untuk direnangi
Meski kematian adalah sebatas pengorbanan
Tak lebih dari itu
:cukup kesetian
Kau dan aku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar