Gilingan *
Pada permulaan pagi
Saat matahari sesamar sepoi
Menaiki tangga langit
Awal cahaya hilang bulan
Dimana dulu orang-orang sibuk mencari air
Lalu pergi kesumur menimba ular,
Menimba angin, menimba seember bingung dalam dirinya
Kemudian anak-anak kabur membawa kenangan luka
Dari batu dingdingnya di alirkan kesungai hampa
Pada permulaan pagi
Ketika sekepal angin berkesiur mengusap pasir
Tiba-tiba bumi didaku terbelah mengeluarkan
Asap rindu serupa batu
Merangkum nyala dzikir dalam seribu do’a
Berulang di hancurkan lalu membakar bergunung dosa
Di lautku dengan sujud malam
Hingga gelisah gelombang kembali diam
Menjadi tenang
Se-amsal air hujan di kolam renang
Pada permulaan pagi
Sebelum usia mentari semakin menua
Selaksa do’a kian bergemuruh
Membasahi seluruh ayat-ayat-Mu
Yang kuucap bersama selangit rindu
Menjadi moksa pada tujuh dunia
Dan tujuh rumah keabadian di surga
20-05-2010
jadung
*Gilingan adalah sebuah nama sumur keramat yang sudah lama tidak di pakai airnya yang terletak di desa jadung
TAUBAT
“yaarahmanu yaarohim ”
Dalam bingkai sujud subuh
Aku ingin menyetubuhi-Mu
Dengan sajak-sajakku yang lumpuh
Biar gelisah laut diam
Pada kertas kosong
23-04-2010
Masjid jami’ An-nuqayah
I’TIKAF SUBUH
Di antara pohon-pohon yang duduk khusyuk
Mendiamkan diri
Aku mabuk menangkap tuhan
Lewat dzikir-dzikir burung pagi
27-04-2010
Bumi Annuqayah
PENGUNGSI
Akulah hewan pengungsi yang terjatuh
Dari punggung bulan Hawa dan Adam
Sebab engkau gagal merengkuh iman
Lalu kemudian aku senantiasa diam
Menabung nafas
Menyalakan kenangan mimpi yang tengah padam
Di gubuk bar-bar alam
Yang bernama “teka-teki”
Dan setelah malam purba
Aku ingin pulang ganti baju
Ketanah asal bulan-Mu bulan negeriku
Rumah abadi bagi kehidupan
Bukan pengungsian
22-04-2010
Guluk-guluk
Di lekuk tubuh malam
Kucumbu wajah-Mu
lewat sajak-sajak kelam kerinduan
20-05-2010
kamar langit
ZEONISME SEPI
Kau pun jadi salju
Membayangkan aku membeku
Hingga gerhana berubah purnama
Menjelma dua matamu
Jadi cahaya khayal membuyarkan lamunan rindu
Aku sering termenung sendiri
Mencumbu sunyi dan sepi
“sesepi aku malam ini”
Sebab engkau tak pernah ada
Dalam mimpi
02-12-09
Ruang rindu
KHALWAT
Jangan kau menatap setajam itu An, !
Sebab kota dadamu masih banyak lorong berduri
Dan belum halal untuk kumasuki
Sementara nafsu telah menentang lobang
Melukai birahi, merajai diri
Sekali lagi, jangan kau menatapku setajam itu An,!
Sebelum lafadh tazwij kutumpahkan dari bibir laut
Menjadi mahkota di separuh matamu; juga lutut
Setelah maut menancapkan kalut
Kita berziarah berenang kesudut-sudut ranjang
Mencipta bintang
04-12-09
Jadung
PELAYARAN SEORANG PECINTA
An, !
Aku berlayar di laut matamu mengendarai bulan
Dan matahari
Menuju kasih samudra indah kepalamu
Kemudian kutancapkan kecup pada gelombang keningmu
Untuk sekedar melepas lelah setelah badai rindu meleleh
An,!
Aku mulai lagi berlayar menangkap ikan-ikan
Di sekujur tubuhmu
Sebagai bekal anak-anak kita nanti
Sebelum kiamat 2012 benar-benar terjadi
Menghacurkan jagat raya dari segala pecinta
Menjelma renta pasir dan nganga luka
Disini semua tertelungkup bersama
An,!
Kini aku berhasil menangkap udang di karang punggungmu
Setelah jaring-jaringku patah membelah sukma
19-12-09
Guluk-guluk
KUBERI KAU SEBUAH LAUT
Pada malam kutelusuri kehidupan
Menelanjangi bulan kesepian dilentik separuh matamu
Yang dulu sempat aku jaga dan kutanami pohon-pohon rindu
Lalu kemudian kuberi kau sebuah laut
Sebagai penawar musim yang kian surut
Oleh dentum waktu yang makin menyanyah
Menyeret sederet luka pada pedih yang sangat ;menyengat
Masih adakah perkenalan singkat saat subuh melepuh
Ketika cinta mengalung syahdu
Meski air mata tidak lagi tumpah dari kebiruan matamu
Untuk sekedar memaknai ombak dan rindu yang makin riak di kalbu
Se-amsal dulu waktu pertama kita bertemu
Adalah nyanyian kawanan pipit yang merdu
22-21-09
Sumenep
IDZINKANLAH, KULAMAR CINTA DENGAN PUISI
Jika engkau letih dan lelah
Maka ambillah puisiku kemudian bacalah
Barangkali dapat menyeken virus kesedihanmu
Sebab di antara serat langit Cuma susuk laut yang tahu
Tentang ikan dan siul pipit yang merdu
Rinai hujan dan tangis jiwa hanya mampu mengalir
Dari sungai matamu liar menyihir para penyehir
Dada bergetar saat guntur dan petir berkecupan
Para nelayan menutup telinga; masuk kedalam
Sedangkan engkau hanya diam mematuk khayal
Berusaha melupakan kenyataan
Dan mungkin kau juga masih ingat
Angin berkesiur bermandikan janur pada tirai jilbabmu
Hingga lahirlah berbak-bak puisi
Dari pisau matakumatamu berbaur bersama
Lalu kau mencingcangkanku, menyantapku dengan buas
Kemudian kau kubur aku di sini menjelma matahari
Tapi kini, ”idzinkanlah, kulamar cinta dengan puisi”
Agar kau sabar menumpuli setumpuk lelancip duri
Dan tak lagi menuduhku berselinkuh dengan matahari
23-08-2009
Sumenep
IDZINKANLAH, KULAMAR CINTA DENGAN PUISI
Jika engkau letih dan lelah
Maka ambillah puisiku kemudian bacalah
Barangkali dapat menyeken virus kesedihanmu
Sebab di antara serat langit Cuma susuk laut yang tahu
Tentang ikan dan siul pipit yang merdu
Rinai hujan dan tangis jiwa hanya mampu mengalir
Dari sungai matamu liar menyihir para penyehir
Dada bergetar saat guntur dan petir berkecupan
Para nelayan menutup telinga; masuk kedalam
Sedangkan engkau hanya diam mematuk khayal
Berusaha melupakan kenyataan
Dan mungkin kau juga masih ingat
Angin berkesiur bermandikan janur pada tirai jilbabmu
Hingga lahirlah berbak-bak puisi
Dari pisau matakumatamu berbaur bersama
Lalu kau mencingcangkanku, menyantapku dengan buas
Kemudian kau kubur aku di sini menjelma matahari
Tapi kini, ”idzinkanlah, kulamar cinta dengan puisi”
Agar kau sabar menumpuli setumpuk lelancip duri
Dan tak lagi menuduhku berselinkuh dengan matahari
23-08-2009
Sumenep
PERTEMUAN SUNYI I
Aku ingin kau menatapku dengan bulan, kekasih
Meski hanya sekali kejap saja
Sebab tadi pagi aku berhasil membuat sajak
Dari tinta separuh laut punyak bapak
Tapi kau malah merunduk, kekasih
Lebih awal menyusul senja
Menjauh dari jejak pandang mataku
Hingga siang benar-benar runtuhkan matahari
Dan sungai mungkin telah berhenti mengalir
Dari hening matamu, kekasih
Kini sajakku telah kekeringan air katakata
Meski harap telah jadi teman sejati
Namun pertemuan hanya hadirkan kesunyian
Dan tetap tak punyak arti
Sebab air mata telah kehilangan makna
Dihadapanmu
15-01-10
Guluk,guluk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar