Pengikut

Selasa, 12 April 2011

KOLAM PUISI

Gilingan *

Pada permulaan pagi
Saat matahari sesamar sepoi
Menaiki tangga langit
Awal cahaya hilang bulan
Dimana dulu orang-orang sibuk mencari air
Lalu pergi kesumur menimba ular,
Menimba angin, menimba seember bingung dalam dirinya
Kemudian anak-anak kabur membawa kenangan luka
Dari batu dingdingnya di alirkan kesungai hampa

Pada permulaan pagi 
Ketika sekepal angin berkesiur  mengusap pasir
Tiba-tiba bumi didaku terbelah mengeluarkan
Asap rindu serupa batu
Merangkum nyala dzikir dalam seribu do’a
Berulang di hancurkan lalu membakar bergunung dosa
Di lautku dengan sujud malam
Hingga gelisah gelombang kembali diam
Menjadi tenang
Se-amsal air hujan di kolam renang

Pada permulaan pagi
Sebelum usia mentari semakin menua
Selaksa do’a kian bergemuruh
Membasahi seluruh ayat-ayat-Mu
Yang kuucap bersama selangit rindu
Menjadi  moksa pada tujuh dunia
Dan tujuh rumah keabadian di surga


20-05-2010
jadung

*Gilingan adalah sebuah nama sumur keramat yang sudah lama tidak di pakai airnya yang terletak di desa jadung

TAUBAT


yaarahmanu yaarohim

Dalam bingkai sujud subuh
Aku ingin menyetubuhi-Mu
Dengan sajak-sajakku yang lumpuh
Biar gelisah laut diam
Pada kertas kosong

                                    23-04-2010
                        Masjid jami’ An-nuqayah

I’TIKAF SUBUH

Di antara pohon-pohon yang duduk khusyuk
Mendiamkan diri
Aku mabuk menangkap tuhan
Lewat dzikir-dzikir burung pagi

27-04-2010
Bumi Annuqayah

PENGUNGSI

Akulah hewan pengungsi yang terjatuh
Dari punggung bulan Hawa dan Adam 
Sebab engkau gagal merengkuh iman

Lalu kemudian aku senantiasa diam
Menabung nafas
Menyalakan kenangan mimpi yang tengah padam
Di gubuk bar-bar alam
Yang bernama “teka-teki”

Dan setelah malam purba 
Aku ingin pulang ganti baju  
Ketanah asal bulan-Mu bulan negeriku
Rumah abadi bagi kehidupan
Bukan pengungsian

22-04-2010
Guluk-guluk

 Di lekuk tubuh malam

Kucumbu wajah-Mu
lewat sajak-sajak kelam kerinduan

20-05-2010
kamar langit

ZEONISME SEPI

Kau pun jadi salju
Membayangkan aku membeku
Hingga gerhana berubah purnama
Menjelma dua matamu
Jadi cahaya khayal membuyarkan lamunan rindu

Aku sering termenung sendiri
Mencumbu sunyi dan sepi
sesepi aku malam ini
Sebab engkau tak pernah ada
Dalam mimpi

            02-12-09
            Ruang rindu

KHALWAT

Jangan kau menatap setajam itu An, !
Sebab kota dadamu masih banyak lorong berduri
Dan belum halal untuk kumasuki
Sementara nafsu telah menentang lobang
Melukai birahi, merajai diri

Sekali lagi, jangan kau menatapku setajam itu An,!
Sebelum lafadh tazwij kutumpahkan dari bibir laut
Menjadi mahkota di separuh matamu; juga lutut

Setelah maut menancapkan kalut
Kita berziarah berenang kesudut-sudut ranjang
Mencipta bintang

            04-12-09
Jadung

PELAYARAN SEORANG PECINTA

An, !
Aku berlayar di laut matamu mengendarai bulan
Dan matahari
Menuju kasih samudra indah kepalamu
Kemudian kutancapkan kecup pada gelombang keningmu
Untuk sekedar melepas lelah setelah badai rindu meleleh

An,!
Aku mulai lagi berlayar menangkap ikan-ikan
Di sekujur tubuhmu
Sebagai bekal anak-anak kita nanti
Sebelum kiamat 2012 benar-benar terjadi
Menghacurkan jagat raya dari segala pecinta
Menjelma renta pasir dan nganga luka
Disini semua tertelungkup bersama

An,!
Kini aku berhasil menangkap udang di karang punggungmu
Setelah jaring-jaringku patah membelah sukma

            19-12-09
            Guluk-guluk

KUBERI KAU SEBUAH LAUT

Pada malam kutelusuri kehidupan
Menelanjangi bulan kesepian dilentik separuh matamu
Yang dulu sempat aku jaga dan kutanami pohon-pohon rindu
Lalu kemudian kuberi kau sebuah laut
Sebagai penawar musim yang kian surut
Oleh dentum waktu yang makin menyanyah
Menyeret  sederet luka pada pedih yang sangat ;menyengat

Masih adakah perkenalan singkat saat subuh melepuh
Ketika cinta mengalung syahdu
Meski air mata tidak lagi tumpah dari kebiruan matamu
Untuk sekedar memaknai ombak dan rindu yang makin riak di kalbu
Se-amsal dulu waktu pertama kita bertemu
Adalah nyanyian kawanan pipit yang merdu

            22-21-09
Sumenep

IDZINKANLAH, KULAMAR CINTA DENGAN PUISI

Jika engkau letih dan lelah
Maka ambillah puisiku kemudian bacalah
Barangkali dapat menyeken virus kesedihanmu
Sebab di antara serat langit Cuma susuk laut yang tahu
Tentang ikan dan siul pipit yang merdu

Rinai hujan dan tangis jiwa hanya mampu mengalir
Dari sungai matamu liar menyihir para penyehir
Dada bergetar saat guntur dan petir berkecupan
Para nelayan menutup telinga; masuk kedalam
Sedangkan engkau hanya diam mematuk khayal
Berusaha melupakan kenyataan

Dan mungkin kau juga masih ingat
Angin berkesiur bermandikan janur pada tirai jilbabmu
Hingga lahirlah berbak-bak puisi
Dari pisau matakumatamu berbaur bersama
Lalu kau mencingcangkanku, menyantapku dengan buas
Kemudian kau kubur aku di sini menjelma matahari
Tapi kini, ”idzinkanlah, kulamar cinta dengan puisi
Agar kau sabar menumpuli setumpuk lelancip duri
Dan tak lagi menuduhku berselinkuh dengan matahari

23-08-2009
Sumenep


IDZINKANLAH, KULAMAR CINTA DENGAN PUISI

Jika engkau letih dan lelah
Maka ambillah puisiku kemudian bacalah
Barangkali dapat menyeken virus kesedihanmu
Sebab di antara serat langit Cuma susuk laut yang tahu
Tentang ikan dan siul pipit yang merdu

Rinai hujan dan tangis jiwa hanya mampu mengalir
Dari sungai matamu liar menyihir para penyehir
Dada bergetar saat guntur dan petir berkecupan
Para nelayan menutup telinga; masuk kedalam
Sedangkan engkau hanya diam mematuk khayal
Berusaha melupakan kenyataan

Dan mungkin kau juga masih ingat
Angin berkesiur bermandikan janur pada tirai jilbabmu
Hingga lahirlah berbak-bak puisi
Dari pisau matakumatamu berbaur bersama
Lalu kau mencingcangkanku, menyantapku dengan buas
Kemudian kau kubur aku di sini menjelma matahari
Tapi kini, ”idzinkanlah, kulamar cinta dengan puisi
Agar kau sabar menumpuli setumpuk lelancip duri
Dan tak lagi menuduhku berselinkuh dengan matahari

23-08-2009
Sumenep

PERTEMUAN SUNYI  I

Aku ingin kau menatapku dengan bulan, kekasih
Meski hanya sekali kejap saja
Sebab tadi pagi aku berhasil membuat sajak
Dari tinta separuh laut punyak bapak
Tapi kau malah merunduk, kekasih
Lebih awal menyusul senja
Menjauh dari jejak pandang mataku
Hingga siang benar-benar runtuhkan matahari
Dan sungai mungkin telah berhenti mengalir
Dari hening matamu, kekasih

Kini sajakku telah kekeringan air katakata
Meski harap telah jadi teman sejati
Namun pertemuan hanya hadirkan kesunyian
Dan tetap tak punyak arti
Sebab air mata telah kehilangan makna
Dihadapanmu

15-01-10
Guluk,guluk



Tidak ada komentar:

Posting Komentar