MELUKIS NAMAMU
Aku ingin melukis namamu, kekasih
Dengan setetes airmata
Agar bulan milikku
Dihatimu tidak terbakar
Dan kau selamanya
Tetap menjadi penghuni surga
Se-amsal setia kembang pada tatapan kumbang
Sebenarnya lebih dari itu, kekasih
Aku masih ingin melukis lagi namamu
Pada trotoar jalanan disetiap derap langkah
Dilembar-lembar dedaunan pada diary hijau
Dan pada segala diam bagi kesunyian puisi
Hingga putih purnama masih menyala
Dan tetap utuh dilangit hatiku–hatimu
karena aku telah berhasil membakar segala kesunyian
meski hanya sebatas melukis namamu
dengan tetes hujan kerinduan
Dan kini, kekasih
kita samasama menyusuri jejak waktu
mengejar pendar saban matahari
meniti-nata cinta dan memulai
rindu baru
guluk-guluk
CLBK
Rembulan bersinar lagi
Ketika separuh kemala;
Hampir tenggelam di jam-jam sunyi
guluk-guluk
PURNAMA 1
Tatapanmu adalah pintu sorga dunia
Bolehkah aku…
Jadi kunci kontolnya ?
Guluk-guluk
AKULAH AIR MATA LANGIT
Aku adalah seperti juga bara api
Yang terbakar oleh perasaan lautan
Ketika bukit-bukit karang menghancurkan batu
Dan melempar aku dalam kemala hatimu
Yang bernama cadas “kerinduan”
Aku hilau dilindap halimbubu
Kancap luka, serta jibun air mata
Melinang sepanjang terowongan waktu
Hidupku sangsai melanglang buana
Melngkah tampa arah
Melintasi sabana
Kamar Penantian
AKULAH MALAIKAT CINTA
Akulah malaikat cinta
Datang dari negeri hampa
Mengendarai senyuman dan air mata
Dimana ketika kata-kata rindu
Menjadi bisikan bisu dalam mulut alam
Nyanyian-nyanyian angin nafasku
Berubah kesunyian yang mencekam
Akulah malaikat cinta
Yang setia merangkai kisah, membangun kuil para dewa pecinta
Diantara reruntuhan langit dan pecah matahari
Tentang roh laut yang menyalakan bara api
Aku serupa getir petir bergetar; kedinginan
- dihadapan tubuh angin
menunggu pagi membuka kerudung layu
dari kerling matamu
kemudian kukalungkan pada bulan,
pada purnama yang brsinar terang dipundakku
akulah malaikat cinta
datang dari negeri hampa tuk mengajarkan kasih sayang, kesetiaan
rahasia rahasia air merta jiwa,serta kematian;
dan seluruhnya utuh kepadamu
Guluk guluk
MORNING DI PASAR CANDI
Janur kuning jumpalitan di udara
Angin berkesiur mengelus pasir
Bergerak laju cepat menyesiri lorongan lombang
Mengapungkan sampan-sampan kecil
Dari selat alis, matamu laut
“ya, matamu arus laut, aku ingin berlayar pandang
Menuju samudera indah cintamu”
Mengendarai kasih sayang perahu kesetiaan
Di tangan kanankiriku, bulan dan matahari bekecupan
Kawanan burung berlarian terbang membelah awan
Kemudian masuk kererimbun sejuk rambutmu
Angin – ingin sekali diam melamar pagi
Sesekali cabut helai rerambutmu
Buat sarang burung di pohonan rindu
Agar laut tetap biru
Se-amsal dulu waktu pertama kita bertemu
Morning di pasar candi
menulis puisi bukan hal yang gampang yang bisa di tulis dalam sekali duduk saja atau sekali tulis.. maka kemudian hasilnya pun akan tak begitu bagus... jadi sebagaimana banyak buku yang menjelas tentang cara penulis puisi yang baik.
BalasHapusnamun ketika membaca puisimu.. kadang aku jadi diam... atau kadang jadi ketawa.. dengan berbagai kekhasan yang di miliki... tetaplah semangat dalam berkarya....
butuh yang namanya kesabaran dan kesemangatan yang kuat dan tekat yang pas.
amien...